Kamis, 23 Agustus 2012

MUNAJAT RINDU


Duhai Robb..... 
pantaskah aku menangis karena merindunya??? 
Sedang para Anbiya', para salafussholih, mereka menangis mengingat kematian dan kehidupan berikutnya.

Duhai Robb....
Kuatkan aku di jalanMu yang haq 
jangan biarkan rindu merusak pondasi iman yang sesungguhnya ia belum kokoh 

jangan hancurkan keistiqomahanku dengan hawa nafsu
jangan biarkan rindu menguasai hati dan menggantikan posisi taqwa

Duhai Robb....
tak kuasa kumenahan rindu, tapi sungguh aku lebih tak kuasa menahan 'adzabMu

Robb.... 
sekali lagi kubermunajat 
gantikan rindu ini dengan manisnya berkholwat denganMu
gantikan airmata kerinduan ini dengan airmata bermunajat kepadaMu, sebab 

"Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka, mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang selalu berjaga di jalan Allah." HR. Tirmidzi 

Robb.... 
mudahkanku dalam meneladani RasuulMu
mudahkanku berpegang teguh pada syari'atMu 

Yaa Muqolibal quluub tsabbit qolbii 'alaa diniika
Aamiin 


 

Jumat, 20 Juli 2012

YA AKHII.... JANGAN JAUHKAN KAMI DARI ROBB KAMI


"Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita . (HR. Bukhory-Muslim)" 





Bismillaahirrohmanirrahim........

# Kisah: Seorang akhwat meng-sms temannya:

"Ukhti.... tolongin ana, sudah 2 hari ini ana menangis karena ana terus teringat sama dia, ana bingung.... ana tau ini salah, tapi......" 

Akhowatiii fillah.... 
pernahkah kamu berada di posisi akhwat tersebut????
Ya... pasti sebagian dari kita pernah merasakannya.
Lalu mengapa hal ini bisa terjadi...?????

Hadits di atas menunjukkan bahwa wanita adalah fitnah terbesar bagi ikhwan, namun ternyata di sisi lain ternyata ikhwan pun menjadi fitnah bagi akhwat. 

Bagaimana bisa????

Ya Ikhwah..... ingatlah bahwa wanita juga memiliki perasaan dan hawa nafsu.

As-syaukani berkata:
"Sebabnya adalah lelaki senang kepada wanita karena demikianlah ia telah diciptakan-memiliki kecondongan  kepada wanita. Demikian juga, karena sifat yang telah dimilikinya, berupa syahwat untuk menikah. Demikian juga, wanita senang kepada lelaki karena sifat-sifat alami dan naluri yang telah tertancap dalam dirinya. oleh karena itu, setan menemukan sarana untuk mengobarkankan syahwat yang satu kepada yang lainnya. Sehingga terjadilah kemaksiatan."
(Nailul Autho, 9:231)

Duhai akhowat... betapa hati kita begitu lembut 
dan dengan mudahnya ia akan luluh
maka dari itu mari kita jaga agar ia tetap kokoh dalam keimanan

Kepadamu ikhwan...
Jangan luluhkan hati kami dengan taujih-taujihmu 
yang sebenarnya lebih bermanfaat untuk orang yang lebih membutuhkannya 

Kepadamu ikhwan....
Jangan hancurkan keistiqomahan kami dengan sms semangat yang kau kirim 
yang sebenarnya lebih tepat kau kirimkan pada teman ikhwan seperjuanganmu 

Sadarilah duhai ikhwah.....
bahwa sms pun bagian dari kholwat yang memungkinkan kita terjerumus dalam zina. Waiyyadzubillahi min dzalik....

Bukankah ada 4 pintu menuju perzinahan.

Pertama, al-Lahazhat (pandangan mata). Ini merupakan gerbang utama menuju zina. Orang yang melepaskan pandangannya tanpa kendali, bisa terjerumus pada jurang kebinasaan. Dalam musnad Imam Ahmad, di riwatkan dari Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam: “Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah  iblis. Barang siapa yang memalingkan pandanganya dari kecantikan wajah seorang wanita, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai hari kiamat.” 

Kedua, al-Khatharat (khayalan). Dari sinilah lahirnya keinginan untuk melakukan sesuatu yang akhirnya berubah menjadi sesuatu yang bulat. Siapa yang mampu mengendalikan pikiran yang melintas di benaknya, niscaya ia mampu mengendalikan diri dan nafsunya. Sebaliknya, orang yang tak bisa mengendalikan pikiranya, hawa nafsunyalah yang berbalik menguasainya. Pikiran itu akan terus melintas dalam benak dan hati seseorang. Sehingga akhirnya akan menjadi angan-angan tanpa makna. Orang yang paling buruk cita-citanya dan paling hina adalah orang yang merasa puas dengan angan-angan kosong. Dia pegang angan-angan itu untuk dirinya dan dia pun merasa bangga dan senang. Padahal, angan-angan kosong adalah modal orang-orang pailit dan dagangan para pengangguran serta makanan pokok bagi jiwa yang kosong

Ketiga, al-Lafazhat (kata-kata atau ucapan). Kalau ingin memngetahui apa yang di dalam hati seseorang, maka lihatlah ucapannya. Ucapan itu akan menjelaskan apa yang ada di dalam hati seseorang. Yahya bin Mu’adz memaparkan, hati bagaikan panci yang sedang menggedok apa yang ada di dalamnya. Lidah bagaikan gayungnya. Perhatikanlah seseorang saat dia berbicara. Lidah orang itu sedang menciduk apa yang ada di dalam hatinya, manis atau tawar atau asin. Nabi  Shollallahu 'alaihi wasallam pernah di Tanya tentang hal yang paling banyak memasukan orang ke dalam neraka. Beliau menjawab, “Mulut dan kemaluan,” (HR At-Tirmidzi)

Keempat, al-Khatahwat (langkah kongkret dalam suatu perbuatan). Ini merupakan ujung dari ketiga langkah tersebut di atas. Mata yang sudah terbiasa melihat kemaksiatan akan melahirkan angan-angan kosong. Khayalan akan melahirkan kata-kata yang jorok dan gosip murahan. Semua itu berakhir dengan tindakan konkret berupa perzinaan, pergaulan bebas dan seabrek perilaku maksiat lainnya.
Perilaku zina tak semata terjadi ketika dua alat kelamin bertemu. Semua anggota tubuh berpeluang untuk melakukan zina. Dari Abu Hurairah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak cucu Adam bagian dari zina, yang ia pasti mengetahuinya. Zina mata berupa pandangan, zina lisan berupa ucapan, jiwa yang menginginkan dan mengharap. Dan kemaluan yang membenarkan atau mendustainya,” (Muttafaqun ‘alaihi).


Kepadamu Ikhwan.....
perhatikanlah kembali kata-katamu sebelum engkau mengatakannya 
sebab kami seringkali berpikir dengan hati 

Kepadamu ikhwan....
jauhi kami jika tak ada keperluan mendesak 
sebab kami tak ingin menjadi jauh dengan Robb kami 

Kepadamu akhwat dan ikhwan (Ikhwah)
Mari kita saling membantu dalam menjaga hati....
Sebab setan senantiasa mengintai kita.....

Duhai ikhwan...
Allah Ta'ala telah menganugerahkan jalan yang halal untuk kita 
Maka sebelum kau halal untukku, pegang teguh syari'atmu 
dan bersabarlah  dalam penantianmu.....



"Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya." (QS. An-Nur:33)

Wallaahu Ta'ala A'lam Bishshowwab











Senin, 09 Juli 2012

JANGAN PELIT PADA SAUDARAMU


  
 "Demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan mencapai keimanan sampai kaliam saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada satu perkara yang jika kalian laksanakan, niscaya kalian akan saling mencintai; Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim)


 Hampir semua dari kita mengetahui bahwa sifat bakhil (pelit) terhadap sesama dalam urusan materi hukumnya haram, tapi sangat disayangkan hanya sebagian kecil saja yang menyadari bahwa pelit dalam mengucapkan salam dan menjawab salam adalah perkara yang tidak ahsan. 

 Hadits di atas telah menegaskan pada kita tentang keutamaan salam. maka dapat kita simpulkan bahwa salam adalah bagian dari dien ini. Namun, pada kenyataan banyak sekali di antara kita yang menyimpang dalam bersalam khususnya dalam ber-sms.

Contoh: Ass.....              Wslm
               Asklm....          www
               mecom....        kumslm
               As.....               W3

Dan masih banyak variasi lainnya. 

Lalu yang menjadi bahan perenungan untuk kita bersama, mengapa kita begitu malas atau pelit dalam menyebarkan salam. Adakah kerugian yang kita dapatkan jika kita mengetikkan salam secara benar? ataukah pulsa kita berkurang banyak jika kita mengetik salam dengan lengkap? 

Saudaraku......
Janganlah pelit dengan saudaramu
bukankah salam itu termasuk syi'ar dienNya
dan bukankah bahasa Arab itu begitu mulia, sehingga ketika kita salah dalam menuliskannya atau membacanya maka berbeda pula maknanya...

Saudaraku....
Jangan pelit pada saudaramu 
Jika bukan kita yang menyebarkan salam dengan benar
maka siapa lagi?

Saudaraku.....
betapa kita ingin menjadi pengikut sejati Rasullaah shollallahu 'alaihi wasallam 
lantas mengapa kita mengingkari sunnahnya? 

Dalam sebuah riwayat dikisahkan seorang lelaki yang masuk kedalam mesjid sedangkan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam sedang duduk bersama sahabat, maka orang tadi "berkata: Assalaamu ‘alaikum. Maka Nabi shollallahu 'alaihi wasallam menjawab: “Wa ‘alaikumus salam, sepuluh. “Lalu datang lain lagi dan berkata: Assalaamu ‘alaikum warohmatullaah. Nabi  shollallahu 'alaihi wasallam menjawab: Wa ‘alaikumus salaam warohmatullaah, dua puluh”. Kemudian datang yang lain dan berkata: Assalaamu ‘alaikum warohmatullaahi wabarakaatuh”. Maka Nabi menjawab: Wa ‘alaikumus salaam warahmatullahi wabarakaatuh, tiga puluh”. 
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi). 
#Maksud sepuluh, dua puluh dan tiga puluh adalah jumlah hasanah (kebajikan) yang didapatkannya.

Hadits di atas menunjukkan bahwa semakin baik kita mengucapkan salam dan semakin lengkap kita dalam menjawabnya, maka pahalanya pun lebih besar. 

Lalu masihkah kita pelit dengan saudara kita????


Saudaraku...
mari kita saling menyebarkan salam

"Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarokaatuh ya akhowaatii fillah"



Selasa, 03 Juli 2012

MUHASABAH:CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI PERINGATAN


Cukuplah Kematian Sebagai Peringatan

Ketika nafas mulai tersengal...
Ketika nyawa sedang meregang...
Ketika mata membelalak dan dahi berkeringat...
Pintu taubat telah tertutup. Engkau mulai memasuki gerbang kehidupan baru. Sementara istri, anak dan keluarga serta kerabatmu menangis dan merintih disisimu, engkau sedang dalam kesedihan yang mendalam, tidak ada seorang pun yang mampu menyelamatkan dan menghindarkan dirimu dari jemputan Malaikat Maut. Kini, engkau saksikan dan rasakan sendiri peristiwa mengerikan itu, setelah sebelumnya engkau mereguk banyak kenikmatan dan kesenangan tanpa kenal rasa syukur. Telah datang ketentuan Allah kepadamu, lalu nyawamu diangkat ke langit. Setelah itu, kebahagiaan atau kesengsaraankah yang akan engkau dapat? 


وتجعلون رزقكم أنكم تكذبون۝ فلولا إذا بلغت الحلقوم۝ وأنتم حينئذ تنظرون۝ ونحن أقرب إليه منكم ولكن لا تبصرون۝ فلولا إن كنتم غير مدينين۝ ترجعو نها إن كنتم صدقين۝ فأما إن كان من المقربين۝ فروح وريحان وجنت نعيم۝ وأما إن كان من أصحب اليمين۝ فسلم لك من أصحب اليمين۝ وأما إن كان من المكذ بين الضالين۝ فنزل من حميم۝ وتصلية جحيم۝ إن هذا لهو حق اليقين۝ فسبح باسم ربك العظيم۝
 

“Kamu (mengganti) rizki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah). Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah). Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar, adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh rizki serta surga kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapatkan hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.” (QS. Al-Waaqi’ah: 82-96)

Wahai jiwa-jiwa yang tertipu dunia...
Wahai hati yang keras membatu karena hawa nafsu...
Wahai manusia yang lalai dari ketaatan kepada Rabbnya...
Sudahkah engkau mempersiapkan bekal menuju perjalanan panjang dan berat didepanmu?
Sudahkah engkau mengetahui tempat seperti apa yang kelak kau tinggali?
Sudahkah engkau memikirkan semua itu...?


Saudaraku, cukuplah kematian menjadi peringatan untuk kita bahwa dunia hanyalah kebahagiaan semu dan tak berarti apa-apa. Tidakkah engkau dengar sebuah firman Rabbmu yang sanggup menggetarkan gunung,

كل نفس ذا ئقة الموت وإنما توفون أجوركم يوم القيـمة فمن زحزح عن النـار وأدخل الجنـة فقد فاز وما الحيوة الد نيا إلا متع الغرور۝
 

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. ‘Ali Imran: 185)

Tidakkah ayat tersebut mengusik hati yang lama mati? Tidakkah ayat tersebut membuat telinga yang tuli menyimak kembali? Tidakkah ayat tersebut menjadi cambuk diri?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لو تعلمون مل أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثبرا


“Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Muttafaq ‘alaih)


Saudaraku, sudahkah datang kepadamu khabar kematianmu? Kapan waktumu? Dimana tempatnya? Seperti apa kondisimu kala itu? Demi Allah, engkau tidak tahu dan engkau tidak akan pernah tahu. Jadi kenapa kau tunda taubatmu? Kau tunda perbaikan dirimu? Kau tunda persiapan perbekalanmu? Apakah “nanti” yang selalu kau katakan untuk taubatmu berada pada jarak yang jauh dengan ajalmu? Apakah “nanti” itu yang kau temui lebih dulu ataukah kematianmu yang datang lebih dulu? Apakah ketika engkau sudah benar-benar mengetahui perih dan pedihnya sakaratul maut, baru engkau akan meminta waktu kepada Rabbmu untuk bertaubat?

 


حتى إذا جاء أحدهم الموت قال رب ارجعون۝ لعلى أعمل صلحا فيما تركت, كلا, إنها كلمة هو قا إلها۝
 

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang diantara mereka, dia berkata, ‘Yaa Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja.” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)

وليست التو بة لـلذ ين بعملون السيئات حتى إذا حضر أحدهم الموت قال إنى تبت الئن۝
 

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang diantara mereka, (barulah) dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku bertaubat sekarang.’” (QS. An-Nisaa’: 18)

Seorang penyair berkata,

Mereka katupkan kelopak mataku –setelah berputus asa-
lantas bergegas pergi membelikanku kafan
salah seorang kerabatku berdiri dengan tergesa
pergi ke tukang memandikan mayat agar datang memandikanku
salah seorang mendatangiku lalu melucuti semua pakaianku
dan menelanjangiku sendirian
mengucurkan air dari atas kepalaku dan memandikanku
tiga kali seraya meminta kafan kepada keluargaku
dan mereka mengenakanku baju tanpa lengan dan tanpa jahitan
hanya kamper sebagai bekalku
mereka meletakkanku di dekat mihrab lalu mundur di belakang imam
menshalatiku lalu melepasku
mereka menshalati jasadku dengan shalat tanpa ruku’ dan sujud
Semoga Allah merahmatiku...
 
Di hari kematianmu, keluarga dan kerabat mengangkat jasadmu di atas pundak, setelah sebelumnya engkau menjadi orang yang mengangkat jasad orang lain. Kala itu, apakah jasadmu ingin supaya mereka mempercepat langkahnya, atau malah jasadmu bingung –hendak dibawa kemana jasadmu itu? 

Kemudian, mereka memasukkanmu kedalam lubang sempit dan gelap setinggi dua meter oleh orang-orang yang paling engkau cintai dan keluarga yang paling dekat denganmu. Mereka menutupimu dengan papan sehingga menghalangi cahaya matahari yang hendak masuk ke dalam liang lahatmu. Lalu, mereka menimbun jasadmu dengan tanah sampai tertutupi kuburanmu. Salah seorang dari mereka berkata, “Mintakanlah ampun untuk saudaramu, dan mintakanlah ketetapan iman untuknya, karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya.”
 
Tidak berapa lama, mereka semua pergi meninggalkan tubuh dingin dan kaku yang dulunya adalah dirimu yang rupawan. Mereka meninggalkanmu dalam gelap dan dingin. Di sekelilingmu hanyalah tanah dan tanah. Lalu dikembalikanlah ruhmu kepada jasadmu, dan datanglah dua malaikat yang biru kehitam-hitaman untuk bertanya, “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu?” Dengan apakah engkau akan menjawabnya..?

Jika ketika engkau mati, engkau telah bertaubat dan beriman, maka Allah akan meneguhkan jawabanmu, dan engkau bisa mengambil hadiahmu berupa kebahagiaan di akhirat kelak, seperti disebutkan dalam firman-Nya,


يثبت الله الذ ين ءامنوا بالقول الثابت فى الحيوة الدنيا وفى الأخـرة ويضـل الله الظـلمين ويفعل الله ما يشاء۝
 

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Ibrahim: 27)

Namun, bagaimana jika ketika engkau meninggal, engkau belum sempat bertaubat? Engkau tidak akan tahu jawaban atas pertanyaan itu. Engkau hanya akan berkata, “Hah... hah... aku tidak tahu!” Kemudian terdengarlah seruan, “Bohong! Baringkan ia di Neraka, dan bukakan pintu Neraka untuknya!” Maka engkau akan merasakan panasnya Neraka, kuburanmu akan menghimpit dan meremukkan seluruh tulang belulangmu. Kemudian datanglah kepadamu seseorang yang berwajah amat buruk, berbau busuk dan berbaju lusuh, ia berkata, “Aku datang kepadamu membawa berita buruk. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.” Maka bertanyalah dirimu tentang dirinya, maka dia menjawab, “Aku adalah amal burukmu.” Kemudian menjadilah dirimu buta, bisu dan tuli, dan tanganmu memegang sebatang besi yang apabila sebuah gunung dipukul dengan besi tersebut maka hancurlah dia hingga menjadi debu. Begitupula dirimu, ketika palu besi itu mengenai dirimu maka rasa sakit yang tiada tertahankan akan membuatmu menjerit hingga lengkingannya terdengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Dan tidak ada yang engkau harapkan setelah itu, melainkan agar Allah tidak menyegerakan Hari Perhitungan.

Wahai calon penghuni kubur, apa yang membuatmu terpedaya oleh dunia? Tidakkah engkau mengetahui bahwa akan tiba waktunya engkau meninggalkan dunia yang engkau cintai ini atau dunia yang akan meninggalkanmu? Mana hartamu yang berlimpah dan rumahmu yang mewah? Mana pakaian-pakaian mahal dan indah yang selalu engkau kenakan itu? Mana keluarga dan kerabat yang selalu engkau bela itu? Mana dirimu yang rupawan itu?

Ketika engkau telah menghuni liang lahat, maka itulah rumahmu. Kafan yang berharga murah dan tidak bermerk, itulah pakaianmu. Aroma kamper adalah wewangianmu. Ulat dan cacing menjadi temanmu. Bayangkan jasadmu setelah terkubur selama tiga hari, seminggu, sebulan. Kala itu, tubuhmu telah menjadi penganan lezat bagi cacing dan ulat –teman-temanmu-, kafanmu terkoyak, mereka masuk ke dalam tulangmu, memutus anggota tubuhmu, merobek sendi-sendimu, melelehkan biji matamu... Itulah kesudahanmu, kesudahan makhluk-makhluk bernyawa.

Demikian saudaraku, cukuplah kematian menjadi peringatan dan nasihat. Cukuplah kematian menjadikan hati bersedih, menjadikan mata menangis, menjadi ajang perpisahan dengan orang-orang yang dicintai dan menjadi pemutus segala kenikmatan dunia.
Wahai saudaraku... setiap hela nafasmu menjadi langkah maju menuju kematian. Maka janganlah menunggu ‘nanti’ untuk bertaubat, tapi bersegeralah, karena engkau tidak pernah tahu sudah sedekat apa kematian itu dengan dirimu.

Yaa Rabbi, janganlah Engkau mengadzabku
Sesungguhnya aku mengakui dosa-dosaku selama ini
Berapa kali aku berbuat kesalahan di dunia
Namun Engkau tetap memberiku karunia dan kenikmatan
Jika aku ingat penyesalanku atas segala kesalahan
Kugigit jariku dan kegeretakkan gigiku
Tiada alasan bagiku kecuali tinggal harapan dan husnuzhanku
Dan ampunan-Mu jika Engkau mengampuniku
Manusia mengira aku orang baik-baik
Padahal aku benar-benar manusia terburuk bila tidak Engkau ampuni


(Syaikh Abdul Muhsin bin Abdur Rahman dalam Fasatadzkuruna Maa Aquulu Lakum Waqofat Liman Aroda an-Najah)

*COPAS: http://ibnuismailbinibrahim.blogspot.com/2010/01/cukuplah-kematian-sebagai-peringatan.html 

Jumat, 29 Juni 2012

KETIKA SYARI'AT BERBICARA


Kutahu rindu menyeruak di hati bersebab lama tak bersua 
kutahu rindu telah bersemayam bersebab kenangan telah terbungkus rapi 
Kutahu betapa perihnya memendam rindu pun hati menjadi gelisah karenanya 

Namun ketahuilah ada yang lebih perih dari memendam rindu 
sadarilah bahwa tiada yang lebih perih dari melanggar yang haq. 

Ya!

Ketika syari'at berbicara tentang rindu 
ketika itu pula kutahu bahwa kita telah melanggar yang haq
lalu masih pantaskah kita berbicara tentang rindu???

Ketika syari'at berbicara 
maka biarkanlah hati terluka, sebab luka itu takkan lama
namun jangan biarkan hati menjadi gelap selamanya sebab melanggar yang haq

Ketika syari'at berbicara
Tak kubiarkan rindu melabuh di sembarang tempat 
sebab rindu telah memiliki pelabuhannya sendiri
dan tiada pelabuhan yang lebih indah selain pelabuhanNya

Ketika syari'at berbiara 
Maka segera kuhapus namamu dari hati 
sebab aku takut akan murkaNya 

Ketika syari'at berbicara 
Maka kuserahkan segala resah padaNya
sebab hanya padaNya aku bertawakal 

Ketika syari'at berbicara.....
Maka izinkan aku menutup cerita tentangmu 
dan biarkan takdir menjemput segala asa





Sabtu, 16 Juni 2012

MENYELAMI MAKNA HIDUP SESUNGGUHNYA




            Kian hari kian banyak saja orang yang mengeluh tentang peliknya hidup ini.  Tak jarang pula kita menyaksikan sebagian besar dari kita merasakan bosan dan jenuh dalam mengarungi hidup ini. Dan salahsatu penyebab dari persoalan di atas adalah banyaknya permasalahan yang kita hadapi dalam hidup ini. Mulai dari masalah ekomoni, pendidikan, musibah, serta permasalahan tingginya harga sembako, dan lain sebagainya.

            Tetapi jika kita telaah lebih dalam lagi, maka penyebab kejenuhan dan keluhan kita tentang hidup ini adalah dikarenakan kurangnya pemahaman kita tentang tujuan Allah menciptakan kita. Sehingga rasa syukur tak dapat hadir di hati kita. Persoalan inilah yang akhirnya membuat kita gelisah karena sedikit sekali di antara kita yang menyadarinya.

Tujuan Allah Ta’ala Menciptakan Manusia

“Tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS: Az-Zariyat:56)

Singkat tetapi tegas dan jelas sekali ayat di atas. Dan tahulah kita  sekarang bahwa tujuan dari kehidupan ini tak lain adalah untuk  beribadah kepada Tuhan yang telah menciptakan kita yakni Allah SWT. Dengan kata lain, ayat ini menuntut kita untuk terus melakukan kebaikan di muka bumi ini.

“Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung.” Demkian perintah Allah SWT dalam Surah Al Hajj ayat 77.

Perkara penting yang harus kita ketahui setelah  mengetahui tujuan dari hidup ini adalah menyadari bahwa hidup tidak akan luput dari ujian dan permasalahan. Sebab Allah Ta’ala berfirman “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” ingatlah bahwa pertolongan Allah itu dekat.” (QS:2:214)

Al-Qur’an, sebaik-baik pedoman dan solusi segala persoalan hidup

            Betapa Maha Bijaksananya Allah SWT yang telah menciptakan kita dengan sebaik-baik bentuk. Allah yang memberikan kita ujian sebagai wasilah kita menuju keridhoanNya, Allah pula yang menyediakan pedoman pada kita agar kita tidak tersesat dalam melangkah. Yakni Al-Qur’anul Karim. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala “(Al- Qur’an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS: Jaasiyah:20)

            Contoh, ketika kita merasa kesulitan dari segi ekonomi, maka Al-Qur’an mengingatkan kita “… siapakah yang memberi rezeqi kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka menjawab “Allah” Maka katakanlah, ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa?’” (QS:Yunus:31)

            Ketika kegelisahan bersemayam dalam hati kita, Al-Qur’an memberikan solusi pada kita “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS:Ar-Ra’d:28)

            Ketika sepasang suami istri cemas karena belum juga dikaruniai anak, maka ingatlah kisah Ibrahim ‘Alaihissalam yang mendapatkan anak di usia tua kemudian berkata “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tuaku Isma’il dan Ishaq. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.

            Dan ketika musibah dan ujian tak henti-henti menimpa kita, maka ingatlah bahwa Allah SWT telah berulang kali menjelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa hidup adalah ujian.

 “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS:2:155)

Dapat kita tarik kesimpulan bahwa Al-Qur’an telah begitu sempurna memberikan solusi dari segala jenis permasalahan yang kita temui dalam hidup ini. Tetapi yang menjadi pertanyaan sudahkah kita kembalikan setiap permasalahan kita kepada Al-Qur’an?

Jadi jelaslah sekarang bahwa makna hidup sesungguhnya adalah mensyukuri setiap hal yang terjadi di dalamnya serta terus melakukan ibadah kepadaNya. Sebab tidak ada masalah yang tidak ada solusinya selagi kita bertaqwa dan memahami konsep tawakal yang sesungguhnya. Karena “Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS:Al-Kahfi:46)

Berkaitan dengan kehidupan dunia Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat.” (HR. Muslim)

Keluhan tak akan keluar dari bibir kita ketika kita benar-benar memahami bahwa kedudukan kita di dunia ini tak lain adalah sebagai seorang hambaNya yang sudah selayaknya meninggkatkan ketaqwaan serta mengembalikan setiap masalah hanya kepada sang pemberi masalah itu sendiri yakni Allah ‘Azza Wa Jalla. Dan mari kita merenungkan firman Allah pada surah Al-Imron:185 agar kita istiqomah didalam menjalankan ketaqwaan dan menjauhi segala ma’siat.

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surge, sungguh dia memperoleh kemenangan. Dan kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”

Terakhir mari kita memusahabah diri kita, sudahkah kita memamahi makna hidup sesungguhnya dan semoga Allah Ta’ala mengistiqomahkan kita di atas jalanNya yang haq. Allahumma Aamiin. Wallahu A’lam bishshowwab.


Jumat, 18 Mei 2012

WAHAI PEMUDA, MENIKAHLAH!



         Kian suram saja potret muda-mudi Islam saat ini. Betapa tidak. Coba kita perhatikan prilaku remaja saat ini. Era globalisasi yang tengah kita rasakan saat ini ,seolah menjadikan mereka lalai akan pentingnya menjaga hubungan dengan lawan jenis.

            Remaja yang harusnya sibuk menuntut ilmu, kini berputar haluan menjadi sibuk menjalin hubungan dengan lawan jenis atau yang biasa disebut dengan pacaran. Ya! dapat kita ketahui bersama bahwa saat ini pacaran sudah sangat membumi di masyarakat kita, bahkan sudah menjadi hal yang lumrah. Mirisnya lagi, seseorang yang tidak melakukan pacaran dikatakan kurang pergaulan dan lain sebagainya. Sudah selayaknya perkara ini menjadi renungan bagi setiap kita. Adakah Islam membenarkan hal ini?

            “Dan janganlah kamu mendekati zina; zina itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’:32)

            Jelas dan tegas sekali firman Allah di atas. Islam sangat melarang keras adanya aksi pacaran yang justru marak dilakukan oleh muda-mudi saat ini. Sebab mustahil pacaran tanpa zina. Perhatikan saja perilaku orang-orang yang berpacaran, mereka sering kali menghabiskan waktu berduaan, berpegangan tangan bahkan saling bermesraan padahal jelas tidak ada ikatan halal di antara mereka.

            “Janganlah seorang laki-laki menyendiri dengan seorang perempuan, melainkan setan menjadi pihak ketiganya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim)

            Kembali pada firman Allah dalam surah Al Isra’ di atas, Allah tidak mengatakan “janganlah kamu berzina” tetapi “janganlah kamu mendekati zina”. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa jangankan berzina, mendekatinya saja kita tidak diperkenankan. Dan satu-satunya jalan yang paling mendekati zina adalah pacaran. Inilah sebab mengapa islam tidak membenarkan pacaran bagi yang belum menikah.


Anjuran Menikah
            Ternyata Islam juga menawarkan solusi untuk permasalahan di atas.  Islam menganjurkan untuk segera menikah bagi mereka yang merasa siap secara lahir maupun batin, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

            “Wahai kaum pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu, maka hendaknya menikah, karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa dapat mengekangnya.” (Muttafaq ‘Alaih)

            Kebanyakan dari kita enggan memilih menikah terlalu cepat dan kebanyakan alasannya adalah belum mumpuni dan ekonomi belum mencukupi. Tidak sepenuhnya salah jika kita beralasan demikian, tetapi ada yang perlu kita ketahui bahwa menikah adalah sunnah rasul yang dapat menyempurnakan setengah dari agama kita.
            “Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang tersisa.” (HR. Baihaqi)

            Dan Allah juga menjawab tentang kekhawatiran kita terhadap rezeki ketika memutuskan untuk menikah, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Annur ayat ke 32.

            “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karuniaNya.”

            Lalu mengapa sebenarnya Islam menekankan pada kita untuk menyegerakan pernikahan. Beberapa point telah disebutkan di atas bahwa menikah adalah sunnah Rasul dan dapat membukakan pintu rezeki. Selain itu menikah juga dapat menjauhkan kita dari zina yang sunnguh setiap kita akan terjerumus di dalamnya.

            “Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua mata, zinanya adalah memandang. Kedua telinga, zinanya berupa menyimak dengarkan. Lisan, zinanya berkata. Tangan, Zinanya menyentuh. Kaki, zinanya berjalan. Dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.’ (HR. Muslim)

            Tak dapat dibayangkan jika kita terus-terusan melakukan perzinahan yang terkadang tidak kita sadari. Bisa jadi tauhid kita telah rusak karena zina, sebab ketika kita sibuk memikirkan seseorang dari lawan jenis, kita menjadi lupa mengingat Allah. Dan posisi iman pun mulai tergantikan dengan sosoknya. Waktu yang harusnya dipergunakan untuk ibadah justru dipenuhi dengan maksiat zina, lambat laun hati pun menjadi tertutup. na’udzubillahi min dzalik. Lantas maukah kita disebut sebagai orang musyrik karena telah menduakan Allah dengan zina.

            “Wahai ummat Muhammad. Demi Allah saat hamba laki-laki berzina, dan saat hamba perempuan berzina, tidak ada yang lebih cemburu daripada Allah ta’ala. Demi Allah, wahai ummat Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan lebih banyak menangis daripada tertawa.” (HR. Bukhori dan Muslim)

            Maka menikahlah! Dan semoga dengannya hati menjadi terpelihara dari zina dan menjadi penyempurna dien dari setiap kita.